

































Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
2nd Semester, Laporan Kesuburan Tanah
Typology: Exercises
1 / 41
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
NAMA : Maya Wiji A NIM : H CO-ASS : M. Rizky Romadhon
PAGE * MERGEFORMAT i
PAGE * MERGEFORMAT iv
PAGE * MERGEFORMAT ii
PAGE * MERGEFORMAT ii
PAGE * MERGEFORMAT ii
Aktavia Herawati, SP., M.Sc.
NIP. 1984101020161001
M. Rizky Romadhon NIM. H
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum Kesuburan Tanah ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi nilai mata kuliah Kesuburan Tanah. Dengan adanya laporan ini, penulis mengharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Kesuburan Tanah.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Surakarta, Juni 2018
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. (^) Tujuan 2 II. PEMBAHASAN 3 A. Pengamatan Kualitatif 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Kesuburan tanah atau Soil Fertility adalah kemampuan tanah menyediakan unsur hara yang menyangkut kualitas hara, ketersediaan, serta upaya untuk menahannya dari pelindian. Notohadiprawiro et al (2008) menyatakan bahwa kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Tanah yang subur mempunyai sifat kimia, fisika, dan biologi yang mendukung bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Mata kuliah kesuburan tanah mempelajari ketiga sifat tanah tersebut. Kesuburan tanah terbagi menjadi dua, yaitu kesuburan potensial dan kesuburan aktual. Kesuburan potensial di mana kesuburan menjamin jangka panhang, sulit berubah, dan jika terjadi perubahan perlu masukan yang tinggi. Kesuburan aktual adalah kesuburan untuk jangka pendek dan berubah-ubah setiap musim. Kapasitas hara menyuplai hara semasa pertumbuhan tanaman, sedangkan intensitas hara menyuplai hara secara continue sesuai fase pertumbuhan. Soemarmo (2013) menuturkan defisiensi unsur hara sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan tipe pertumbuhan perakaran tanaman. Kegiatan praktikum memberikan pengetahuan tambahan mengenai cara budidaya tanaman. Kegiatan ini penting dilakukan untuk mengetahi lebih mendalam peran tanah bukan hanya sebagai media tanam, tetapi juga sebagai bagian penting yang menyediakan suplai makanan serta habitat akar tanaman. Salah satu tujuan diadakannya kegiatan praktikum ini adalah untuk melatih keterampilan dalam analisis tanah dengan mengetahui pengaruh dari berbagai unsur dalam tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Soemarmo (2013) pengelolaan kesuburan tanah berperan dalam peningkatan hasil tanaman, reduksi biaya per satuan
A. Pengamatan Kualitatif
Nomor Sampel
Tinggi Tanaman (cm) Kelompok 20 21 22 23 24 S1 34 60 71 31.5 55. S2 44 140 70 50.5 85 S3 54 163 48 36 38 S4 58 132.7 34 27.5 111 S5 37 107 77 32 28. Sumber: Data Rekapan
Gambar 1 Histogram Dinamika Tinggi Tanaman Kegiatan praktikum kesuburan tanah memberikan 5 perlakuan yang berbeda. Tinggi tanaman perlakuan A dengan kontrol tanpa pupuk relatif sama. Perlakuan B dengan pemberian pupuk kompos 10 ton/Ha saat pengolahan tanah didapatkan ketinggian tanaman yang paling tinggi. Terlihat dari sampel 3 yang merupakan sample tanaman paling tinggi, keempat sampel lainnya pun memiliki tinggi yang nyaris sama. Pemberian kompos pada tanaman jagung nyata meningkatkan
tinggi tanaman. Perlakuan C memiliki tinggi yang relatif sedang dengan perbedaan yang tidak terlalu terlihat pada sampel lainnya. Rata-rata tinggi terendah didapatkan pada perlakuan D. Tinggi tanaman dengan perbedaan yang cukup terlihat pada tiap sampelnya terdapat pada perlakuan E. Waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman.
Kepadatan Chlorella sp. tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol, sedangkan kepadatan sel terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk. Perlakuan menggunakan pupuk dan tanpa pupuk tidak mengalami penurunan jumlah kepadatan sel secara signifikan hingga akhir pengamatan. Hal tersebut dapat diduga karena pengaruh nutrisi, serta kualitas air pada media kultur, sehingga mempengaruhi pertumbuhan Chlorella sp. pada media tumbuh (Fachrullah 2011).
Pemberian urea 300 kg/Ha yang diberikan ½ dosis saat tanam dan ½ dosis saat tanaman berumur 1 bulan serta penambahan 150 kg/ Ha SP36 berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Faktor yang dapat mempengaruhi di antaranya faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik disebabkan benih yang dipakai tidak memenuhi syarat-syarat benih yang baik, yaitu tidak keriput dan mengkilap. Faktor genetik tanaman dan cara adaptasinya terhadap lingkungan dapat menyebabkan pertumbuhan yang berbeda-beda. Faktor lingkungan bisa jadi disebabkan kurangnya ketersediaan air. Tanaman yang mengalami kekurangan air, turgor pada selnya menjadi kurang maksimum yang menyebabkan penyerapan hara dan pembelahan sel terhambat.
Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain; membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa, mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang
Tabel 2 Jumlah Daun
Nomor Sampel
Jumlah Daun Kelompok A B C D E S1 5 5 6 5 5 S2 5 10 7 8 6 S3 6 11 5 3 5 S4 6 9 4 3 9 S5 5 8 6 6 4 Sumber: Data Rekapan
Gambar 2 Histogram Jumlah Daun Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan B yang berupa pemberian kompos. Hal ini disebabkan karena pupuk kompos yang berasal dari sisa- sisa sampah organik seperti daun-daun mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Perlakuan C dan D menunjukkan hasil yang relatif sama
dan fluktuatif di setiap sampelnya. Jumlah daun antar sampel yang tidak berbeda jauh terdapat pada perlakuan A dengan kontrol tanpa pupuk. Keadaan tersebut disebabkan karena telah terjadi pelapukan bahan organik namun kandungan haranya dalam tanah belum mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga pertumbuhannya cenderung lambat. Perlakuan E memiliki jumlah daun yang cukup banyak, namun tidak sebanyak perlakuan B. Hal ini dikarenakan penambahan pupuk KCL dan SP-36 membuat proses fotosintesis berlangsung optimal karena ketersediaan hara dan nutrisi yang optimal pula.
Pemberian kompos jerami padi dan pupuk nitrogen memberikan interaksi yang tidak nyata terhadap jumlah daun jagung manis umur 42 HST. Namun pertumbuhan jumlah helaian daun dipengaruhi masing- masing oleh kedua faktor perlakuan tersebut. anjang batang tanaman akan mempengaruhi jumlah ruas batang yang menjadi tempat keluarnya daun, sehingga jika tanaman mempunyai ukuran batang yang panjang maka jumlah daun tanaman itu juga lebih banyak yang akan berkaitan dengan proses asimilasi tanaman (Sintia 2011).
Dari hasil sidik ragam terhadap jumlah daun tanaman Arachis hypogaea L terdapat interaksi dengan pupuk SP-36 pada umur 21, 28, dan 35 HST. Pada akhir pertumbuhan menunjukkan bahwa pemberian pupuk SP-36 memenuhi kebutuhan unsur hara untuk pembentukan daun. Fosfor berperan dalam menyusun tubuh tanaman dan beberapa koenzim yang berperan dalam aktivitas metabolisme. Dengan meningkatnya aktivitas metabolisme, bahan organik yang terbetuk cukup tersedia sehingga pembentukan daun meningkat (Hidayat 2008).
Frekuensi pemberian pupuk urea maupun interaksinya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hal ini diduga berkaitan dengan sifat dari urea yang mudah menguap dan tercuci oleh air. Urea prill mudah menguap, larut, dan tercuci sehingga hanya 30-50% saja yang termanfaatkan oleh tanaman (Lingga dan Marsono 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh, perlakuan D memiliki berat brangkasan yang paling tinggi. Perlakuan D menggunakan pemupukan urea ditambah dengan SP-36 memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Hara N berperan dalam penyusunan klorofil, jika kadar N tinggi, maka konsentrasi klorofil juga tinggi. Konsentrasi klorofil tersebut meningkatkan bobot biomassa tanaman, karena semakin berat biomassa menunjukkan bahwa proses fotosintesis berlangsung dengan baik. Bobot biomassa terendah terdapat pada perlakuan A. Hal ini mungkin saja terjadi dikarenakan perlakuan A (tanpa pupuk) dengan kondisi hara pada lahan yang belum stabil membuat penyerapan hara oleh tanaman belum maksimal.
Pemupukan hara P terlihat meningkatkan bobot brangkasan kering tanaman jagung. Pemupukan SP-36 WIKA Agro dengan dosis 10 dan 20 kg P ha-1 belum dapat meningkatkan bobot brangkasan kering tanaman jagung dibandingkan dengan kontrol dan pemupukan P-alam Tunisia. Pemupukan SP-36 WIKA Agro dapat meningkatkan bobot brangkasan tanaman. Berdasarkan hubungan kuadratik antara dosis pupuk SP-36 WIKA Agro dengan bobot brangkasan kering diketahui bahwa untuk mencapai bobot brangkasan maksimum (5,02 t ha-1^ ) diperlukan pupuk SP-36 WIKA Agro 63,08 kg P ha-
(Kasno 2009).
Perlakuan pemberian urea diperoleh berat kering brangkasan tertinggi. Tingginya berat kering brangkasan tersebut diduga penambahan urea dapat meningkatkan ketersediaan hara tanah yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Semakin meningkat berat kering menunjukkan bahwa proses fotosintesis berjalan dengan baik dan berarti pertumbuhan berjalan dengan baik pula (Soetanto 2008).
Hasil penelitian terhadap parameter pertumbuhan memberikan informasi bahwa pemberian kompos dengan stimulator EM 4 menyebabkan pertumbuhan tanaman meningkat dengan semakin tingginya dosis kompos. Hal ini dapat di lihat dari berat basah dan berat kering tanaman yang meningkat sesuai dengan pemberian kompos dengan stimulator EM4. Berat kering tanaman menunjukkan jumlah senyawa atau unsur-unsur yang menyusun suatu sel (Roihanna et al 2009).
B. Pengamatan Kuantitatif
Perlakuan Bahan Organik (%) Harkat A 18 x 10-4^ Sangat Rendah B 1,4 x 10-3^ Sangat Rendah C 5,2 x 10-7^ Sangat Rendah D 6,48 x 10-7^ Sangat Rendah E 14,13 Sangat Tinggi Sumber: Laporan Sementara