Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

PENGUKURAN LEVEL FLUIDA DALAM BEJANA MENGGUNAKAN DETEKTOR GEIGER MULLER, Study notes of Nuclear Engineering

How to determine coefficient of attenuation and the uses of coefficient of attenuation, (IND) Cara untuk menentukan koefisien atenuasi dan cara memanfaatkan koefisien atenuasi

Typology: Study notes

2016/2017

Uploaded on 05/01/2017

unknown user
unknown user 🇮🇩

5

(1)

1 document

1 / 27

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
LAPORAN PRAKTIKUM
DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI
SEMESTER 4, TAHUN AKADEMIK 2016/2017
PRAKTIKUM PERCOBAAN 07-08
TENTANG PENGUKURAN LEVEL FLUIDA DALAM BEJANA
MENGGUNAKAN DETEKTOR GEIGER-MÜLLER
ASISTEN PENGAMPU : ALIFIA RAHMAWATI
TANGGAL PRAKTIKUM : 19 APRIL 2017 KELOMPOK PRAKTIKUM : O
OLEH : FEBRIAN KACHINA NIM : 15/385276/TK/43938
PARTNE
R
: AYUSTA DEA NOVALINA NIM : 15/379084/TK/43026
LABORATORIUM TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR
DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
KATA PENGANTAR
1
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
pf18
pf19
pf1a
pf1b

Partial preview of the text

Download PENGUKURAN LEVEL FLUIDA DALAM BEJANA MENGGUNAKAN DETEKTOR GEIGER MULLER and more Study notes Nuclear Engineering in PDF only on Docsity!

LAPORAN PRAKTIKUM

DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI

SEMESTER 4, TAHUN AKADEMIK 2016/

PRAKTIKUM PERCOBAAN 07-

TENTANG PENGUKURAN LEVEL FLUIDA DALAM BEJANA

MENGGUNAKAN DETEKTOR GEIGER-MÜLLER

ASISTEN PENGAMPU : ALIFIA RAHMAWATI

TANGGAL PRAKTIKUM : 19 APRIL 2017 KELOMPOK PRAKTIKUM : O

OLEH : FEBRIAN KACHINA NIM : 15/385276/TK/

PARTNE

R

: AYUSTA DEA NOVALINA NIM : 15/379084/TK/

LABORATORIUM TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah praktikum dan

menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan resmi praktikum Deteksi dan

Pengukuran Radiasi.

Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan

laporan ini, khususnya kepada :

1. Kepada Bapak Dr. Ir. Agus Budhie Wijatna, MSi. selaku dosen pengampu kami.

2. Kepada orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami.

3. Dan para asisten laboratorium “DPR” serta teman-teman yang saling membantu dalam

menyelesaikan laporan resmi praktikum ini.

Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan

dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan

saran yang membangun agar tugas makalah praktikum kimia ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan praktikum saya ini

bermanfaat.

Yogyakarta, 23 April 2017

Penyusun

  • KATA PENGANTAR...................................................................................................
  • Abstrak....................................................................................................................
  • Bab 1. Pengantar.........................................................................................................
  • I. Latar Belakang
  • II. Dasar Teori
  • III. Tinjauan Pustaka
  • Bab 2. Pelaksanaan....................................................................................................
  • I. Alat dan Bahan
  • II. Skema Alat
  • III. Langkah Percobaan
  • Bab 3. Hasil dan Pembahasan.......................................................................................
  • I. Hasil Praktikum
  • II. Pembahasan dan Aplikasi Konsep Atenuasi di Bidang Praktik
  • Bab. 4 Kesimpulan dan Saran.......................................................................................
  • I. Kesimpulan
  • II. Saran
  • Bibliography............................................................................................................
  • Fig 1-1. Schematic Sketch and simplified diagram of a Geiger counter ...................................... Table Of Figures
  • Fig 1-2. A typical Geiger-Müller counter characteristic .........................................................
  • Gambar 1 s/d 7 Gambar Alat dan Bahan........................................................................
  • Skema 1. Konfigurasi Alat...................................................................................
  • Tabel 7 - 1 Tegangan Optimum....................................................................................
  • Tabel 8 - 1 Cacah Background
  • Tabel 8 - 2 Koefisien Atenuasi Udara..............................................................................
  • Tabel 8 - 3 Koefisien Atenuasi Kaca...............................................................................
  • Tabel 8 - 4 Koefisien Atenuasi Air.................................................................................
  • Tabel 8 - 5 Pengukuran Ketinggian Fluida.......................................................................
  • Grafik 3 - 1 Koefisien Atenuasi Udara...........................................................................
  • Grafik 3 - 2 Koefisien Atenuasi Kaca.............................................................................
  • Grafik 3 - 3 Koefisien Atenuasi Air..............................................................................

1. Detektor Isian Gas

2. Detektor Sintilasi

3. Detektor Semikonduktor

Detektor Geiger-Müller atau GM yang digunakan pada percobaan ini merupakan contoh

dari detektor dengan isian gas. Detektor GM dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi

alpha, beta dan gamma.

Fig 1- SEQ Fig_1- * ARABIC 1. Schematic Sketch and simplified diagram of a Geiger

counter

Karakteristik dari detektor Geiger-Müller ditunjukan pada Fig. 3. dimana terdapat grafik

antara jumlah cacah per menit, ketika dalam suatu medan radiasi yang konstan, dengan

tegangan yang diberikan ke tabung GM. A menunjukkan bahwa dibawah dari A tidak ada

cacah yang dihitung. Daerah A-B adalah daerah dimana partikel berenergi tinggi akan

dihitung sedangkan yang berenergi rendah akan hilang ( tidak dihitung ). Ketika

mendekati titik C , beberapa partikel berenergi rendah akan dihitung. Pada saat berada di

range C-D, setiap partikel yang masuk ke dalam tabung pencacah akan dihitung. Pada

daerah ini medan listrik sangat kuat sehingga satu pasang elektron-ion cukup untuk

menyebabkan terjadinya avalanche. Avalanche atau proses ionisasi berantai adalah

regenerasi pasangan ion tadi akibat kelebihan tenaga setelah bertumbukan dengan atom-

atom gas dalam tabung. Ada kalanya avalanche terjadi karena radiasi dari luar sehingga

diperlukan sejumlah gas yang dapat meredam radiasi luar ini sehingga halogen dipakai.

Daerah C-D sering disebut sebagai plateau. Di atas titik D atau daerah D-E, disebut

sebagai daerah breakdown, dimana cacah sumber naik secara drastis. Hal ini disebabkan

karena proses ionisasi berantai yang berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat

menyebabkan kerusakan pada tabung Geiger-Müller sekaligus memperpendek umur

Geiger-Müller.

Fig 1- SEQ Fig_1- * ARABIC 2. A typical Geiger-Müller counter characteristic

Tabung Geiger-Müller , yang diisi dengan gas berupa metana, atau campuran Argon dan

alkohol, atau gas halogen [1, p. 555].

Sebuah pulsa besar terbentuk ketika sejumlah kecil ionisasi disebabkan oleh partikel atau

foton tidak bergantung pada jumlah awal ionisasi. Hal ini terbentuk oleh avalanche karena

ion dan elektron yang dipercepat oleh voltase elektroda tinggi menghasilkan lebih banyak

generasi ion baru. Pulsa tersebut harus dipadamkan, baik dengan gas counter

( dipadamkan sendiri ), atau secara eksternal oleh sirkuit elektronik. Setelah pulsa tersebut,

high voltage di counter harus dibentuk kembali. Periode sensitif antara pulsa dan

pembentukan kembali sensitivitas disebut waktu mati. Berikut adalah cara kerja dari

detektor GM :

Saat radiasi memasuki tabung maka bisa mengionisasi gas. Ion-ion (dan elektron) tertarik

pada elektroda dan arus listrik atau pulsa dihasilkan. Scaler/counter menghitung pulsa

tersebut, dan memperoleh "hitungan" satu setiap kali radiasi mengionisasi gas. Aparatus

( alat ) terdiri dari dua bagian, tabung dan counter (+ power supply ). Tabung Geiger-

Müller biasanya berbentuk silindris, dengan kawat di bagian tengahnya. Counter (+ power

supply ) memiliki kontrol tegangan dan pilihan timer. Tegangan tinggi terbentuk di silinder

dan kawat. Ketika radiasi pengion seperti partikel alfa, beta atau gamma memasuki

tabung, ia dapat mengionisasi beberapa molekul gas di dalam tabung. Dari atom

terionisasi ini, sebuah elektron tereksitasi dari atom hingga keluar menjadi elektron bebas,

dan atom yang tersisa bermuatan positif. Tegangan tinggi di tabung menghasilkan medan

listrik di dalam tabung. Elektron yang keluar dari atom tertarik ke katoda, dan ion

bermuatan positif tertarik pada anoda. Ini menghasilkan pulsa arus pada kabel yang

menghubungkan elektroda, dan pulsa ini dihitung. Setelah pulsa dihitung, ion bermuatan

dinetralkan, dan penghitung Geiger siap untuk merekam denyut nadi lain. Agar tabung

Dengan neutron yang berenergi kurang dari 500 keV, terjadi hamburan elastis dan

tangkapan neutron, reaksi seperti ini memperlihatkan hamburan elastis dan tangkapan

resonansi terhadap energi spesifik. Bila energi neutron kecil, probabilitas tangkapan

berbanding terbalik dengan kecepatan neutron yaitu 1 /v (hukum 1 / v). Dengan neutron

yang mempunyai energi sekitar 500 keV hingga 10 MeV, selain hamburan elastis dan

tangkapan elektron, dapat juga terjadi hamburan inelastis dan transformasi inti.

Dengan energi sekitar 10 MeV hingga 50 MeV, mungkin terjadi pancaran lebih dari 2

partikel. Akibat hamburan elastis, sebagian energi neutron dapat dipindahkan menjadi

energi inti atom. Semakin kecil massa inti atom, maka semakin besar energi neutron

yang hilang akibat tumbukan. Berdasarkan hal ini, inti atom hidrogen dapat

menurunkan energi neutron secara efisien karena massanya sama. [4]

3. Interaksi partikel bermuatan dengan materi

i. Interaksi Coulomb dengan elektron orbital

Untuk partikel bermuatan ze pada jarak r terhadap elektron, maka gaya coulomb

yang ditimbulkan berbanding lurus dengan (ze 2 /r^2 ), sehingga dengan gaya coulomb

ini memungkinkan transfer energi dari partikel yang bergerak ke elektron

orbitalyang mengakibatkan proses ionisasi atau elektron tereksitasi.

ii. Pembentukan sinar abar

Sinar abar atau bremsstrachlung adalah sinar-X yang terjadi terjadi karena

pelambatan partikel bermuatan yang melewati medan inti akibat gaya coulomb.

Ketika elektron tereksitasi atau terionisasi, menyebabkan adanya posisi elektron

yang kosong di kulit yang lebih dalam. Sehingga menyebabkan adanya elektron

yang mengalami dieksitasi dengan memancarkan sejumlah energi yaitu sinar abar.

iii. Daya henti

Berkurangnya energi kinetik partikel bermuatan persatuan panjang lintasan dalam

suatu medium. Berkurangnya energi kinetik tersebut terjadi dengan 2 cara, yaitu

perpindahan energi kinetik partikel bermuatan untuk proses ionisasi/eksitasi dan

pembentukan sinar abar.

iv. Hamburan partikel beta

Hamburan partikel b disebabkan oleh interaksinya dengan inti atom atau elektron

orbital materi. Untuk memperkecil hamburan digunakan materi dengan nomor atom

yang kecil. Pada pengukuran radioaktivitas radiasi b, dapat terjadi hamburan

radiasi b oleh materi pendukung sumber. Peristiwa ini disebut hamburan balik dan

akan mempengaruhi hasil pengukuran. Besarnya hamburan balik bergantung pada

nomor atom dan tebal materi penghambur, makin tebal materi hamburan balik

makin besar, sampai mencapai nilai konstan, dan disebut hamburan balik jenuh.

Koefisien hamburan balik berubah berdasarkan nomor atom dan tebal materi

pendukung, energi radiasi b, dan faktor lain. Jika materi cukup tebal, maka nilai

koefisiennya konstan, hal ini disebut koefisien hamburan balik jenuh [4].

III. Tinjauan Pustaka

Referensi yang digunakan adalah laporan pratikum dengan judul “ Penentuan Koefisien

Serapa Sinar Gamma dan Tebal Paruh Lead dan Polythylene Menggunakan Isotop Cs-

dengan Multi Channel Analyzer ” yang disusun oleh Rudi Susanto. Tujuan dari

dilakukannya praktikum tersebut adalah untuk menentukan koefisien serapan sinar gamma

dan tebal paruh dari bahan lead dan polyethylene menggunakan detektor MCA dengan

isotop yang digunakan adalah Cs-137. Dari percobaan ini, diperoleh kesimpulan yaitu :

1. Intensitas sinar gamma mengalami penurunan setelah melewati material.

2. Besarnya koefisien serapan sinar gamma terhadap suatu material, berbanding terbalik

dengan tebal paro dari material tersebut.

3. Lead lebih baik dari Polyethylene sebagai penyerap sinar gamma.

4. Nilai koefisien serapan sinar gamma lead sebesar (0,9833 )cm-1.

5. Nilai dari tebal paroh lead sebagai bahan penyerap sebesar (0,70477 ) cm.

6. Harga koefisien serapan sinar gamma polyethylene adalah (0,0127 ) cm-1.

7. Nilai tebal paroh polyethylene sebesar (54,5669 ) cm. [5]

Mikrometer Sekrup

Bejana air

Mistar

Gambar SEQ Gambar * ARABIC 1 s/d 7. Gambar Alat dan Bahan

II. Skema Alat

Skema SEQ Skema * ARABIC 1. Konfigurasi Alat

III. Langkah Percobaan

DPR-07 Menentukan Daerah Operasi GM

Menyusun Mulai

peralatan

percobaan

seperti

gambar tanpa

Meletakkan

sumber

radioaktif

pada jarak

0cm dari

Mengatur

timer menjadi

600 detik dan

memulai

pencacahan

Menaikkan

tegangan HV

hingga

tercatat

adanya

Mengatur kembali timer untuk selang waktu 5 detik

MenaikkanSelesai tegangan HV secara bertahap dengan selang

DPR-08 Menentukan Ketinggian Level Fluida

Instruksi Umum

Menset Mulai HV

pada daerah

kerja GM

Mengatur

timer menjadi

5 detik

Mencacah

radiasi

background dan mengambil

Mencacah radiasi untuk masing-masing materi dan mengambil

Selesai

Menentukan Koefisien Atenuasi Kaca

Menentukan Koefisien Atenuasi Air

Mencacah Mulai

sumber

dengan posisi

menempel

pada kaca

Memvariasik

an tebal kaca

untuk

mendapatkan

5 data

Membuat

grafik

hubungan

antara

intensitas

Menentukan

koefisien

atenuasi kaca

MencacahSelesaiMulai

sumber

dengan posisi

detektor

mendekati

Memvariasik

an ketinggian

air untuk

mendapatkan

5 data

Membuat

grafik

hubungan

antara

intensitas

Menentukan

koefisien

atenuasi air

Selesai

Menentukan Ketinggian Air

Memasukkan Mulai

air ke dalam

bejana

dengan

ketinggian

Mencacah

sumber

dengan posisi

detektor

mendekati

Mengukur

tebal kaca

pada bagian

bawah bejana

Mengukur

tinggi sumber

dari air dan

jarak antara

bagian bawah

Membentuk

persamaan

untuk

menentukan

ketinggian air

MenentukanSelesai

ketinggian air

dari

persamaan

dan

HV Threshold 840 HV Breakdown

HV Optimum 1092

Tabel 7 - SEQ Tabel_7_-_ * ARABIC 1 Tegangan Optimum

HV (Volt) 1092 Waktu Cacah (s) 5 Cacah Background 2 4 3 1 2 Cacah Rerata 2. Standar Deviasi 0. Limit Deteksi ( LD ) 2.

Tabel 8 - SEQ Tabel_3_- * ARABIC 1 Cacah Background

Atenuasi Udara No Jarak ( cm )

Rerata Detektor Rerata Sumber Error Detektor Error Sumber ln(Io/I)

0 0 1164.6000 1162.2000 15.2617 0.2890 0. 1 5 112.8000 110.4000 4.7497 0.2917 2. 2 10 45.2000 42.8000 3.0067 0.2962 3. 3 15 23.6000 21.2000 2.1726 0.3030 4.

Error Cacah Rerata 5.2733 Rerata Cacah Rerata 194. Error Perhitungan Jarak 1.4639 Rerata Perhitungan Tebal 15. Rasio Error Koefisien Atenuasi 0.1013 Koefisien Atenuasi Kaca 0.

Tabel 8 - SEQ Tabel_3_- * ARABIC 2 Koefisien Atenuasi Udara

Atenuasi Kaca No Tebal (cm) Rerata Detektor Rerata Sumber Error Detektor Error Sumber ln(Io/I) 1 0.430 272.2000 269.8000 7.3783 0.2899 1. 2 0.850 204.6000 202.2000 6.3969 0.2904 1. 3 1.269 157.0000 154.6000 5.6036 0.2909 2. 4 1.508 136.8000 134.4000 5.2307 0.2912 2. 5 1.745 114.0000 111.6000 4.7749 0.2917 2. 6 1.981 89.0000 86.6000 4.2190 0.2925 2. Error Cacah Rerata 4.7789 Rerata Cacah Rerata 159. Error Perhitungan Jarak 0.4305 Rerata Perhitungan Tebal 1. Rasio Error Koefisien Atenuasi 0.3332 Koefisien Atenuasi Kaca 1.

Tabel 8 - SEQ Tabel_3_- * ARABIC 3 Koefisien Atenuasi Kaca

Atenuasi Air No Tebal Udara ( cm )

Tinggi Air (cm)

Rerata Detektor

Rerata Sumber

Error Detektor

Error Sumber ln(Io/I) y

1 14.1 2 15.6000 13.2000 1.7664 0.3101 4.4779 1. 2 12.6 3.5 14.4000 12.0000 1.6971 0.3118 4.5732 1. 3 11.1 5 12.6000 10.2000 1.5875 0.3150 4.7357 2. 4 9.6 6.5 11.8000 9.4000 1.5362 0.3167 4.8174 2. 5 8.1 8 9.4000 7.0000 1.3711 0.3234 5.1122 3. 6 6.6 9.5 8.6000 6.2000 1.3115 0.3265 5.2335 3. Error Cacah Rerata 1.6111 Rerata Cacah Rerata 9. Error Perhitungan Tebal Udara 1.3134 Rerata Perhitungan Tebal Udara 10. Error Perhitungan Tinggi Air 0.9789 Rerata Perhitungan Tinggi Air 5. Error Tebal Kaca 0.1581 Tebal Kaca 0. Rasio Error Koefisien Atenuasi 1.0881 Koefisien Atenuasi Air 0.

Tabel 8 - SEQ Tabel_3_- * ARABIC 4 Koefisien Atenuasi Air

Pengukuran Ketinggian Fluida dalam Bejana Tebal Udara(cm) Tebal Kaca (cm) Tinggi Air Real (cm) Cacah Ket 10.90 0.15 4.00 17 15 15 12 12 Error Cacah Rerata 1.6852 Rerata Cacah 14.