Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Objek Pendidikan QS. Asy Syura/42 : 214 - 216 Makalah ini disusun untuk memenuhi tuga, Quizzes of Physics

Hahajakakqlqp1p1o8 773u37e7ssshdhjjjj

Typology: Quizzes

2018/2019

Uploaded on 09/14/2021

hanik-wal-umaro-1
hanik-wal-umaro-1 🇮🇩

5

(2)

2 documents

1 / 16

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Objek Pendidikan
QS. Asy Syura/42 : 214 - 216
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA
Ridholloh Ismat, M.Pd.I
Disusun oleh :
Assyifah Alfirdha 11200110000073
Muhammad Gusti Hashfi 11200110000069
Dimas Eka Saputra 11200110000049
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2021 M/ 1442 H
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff

Partial preview of the text

Download Objek Pendidikan QS. Asy Syura/42 : 214 - 216 Makalah ini disusun untuk memenuhi tuga and more Quizzes Physics in PDF only on Docsity!

Objek Pendidikan

QS. Asy Syura/42 : 214 - 216

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA

Ridholloh Ismat, M.Pd.I

Disusun oleh :

Assyifah Alfirdha 11200110000073

Muhammad Gusti Hashfi 11200110000069

Dimas Eka Saputra 11200110000049

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 202 1 M/ 1442 H

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk

serta dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Solawat serta salam semoga selalu

terlimpah curahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan

dengan sempurna kepada manusia tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan yang

bermartabat.

Atas berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-

baiknya, yang berjudul “Objek Pendidikan QS. Asy Syura/42 : 214 – 216 ” untuk dapat

memenuhi tugas kelompok mata kuliah tafsir tarbawi Penyusun menyampaikan terima kasih

kepada Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir

tarbawi yang telah berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga makalah ini dapat

terselesaikan.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.

Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari

dosen mata kuliah tafsir tarbawi guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman untuk lebih baik

di masa yang akan datang. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun

dan umumnya semua yang membaca makalah ini.

Jakarta, 1 April 2021

Kelompok 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, dipandang sebagai keagungan dan penjelasan. Al-

Qur’an berisi segala hal mengenai petunjuk yang membawa hidup manusia bahagia dunia dan

akhirat. Al-Qur’an itu disampaikan dan diajarkan kepada manusia. Baik dengan dakwah, tabligh,

penerangan maupun melalui lembaga – lembaga. Lembaga pendidikan adalah suatu tujuan agar

manusia itu menjadi suatu yang berkepribadian muslim

1

Tujuan pendidikan islam adalah diharapkan adanya perubahan melalui proses pendidikan

dan pengajaran baik dari segi kepribadian, ketrampilan, pengetahuan, dan dapat mempersiapkan

diri untuk kehidupan di dunia dan di akhirat, serta mampu hidup bermasyarakat dengan bekal

pengetahuan dan keterampilan serta akhlaq yang mulia karena akhlaq adalah jiwa pendidikan

islam. akhlaq adalah suatu sikap, tabiat, atau perangai yang terdapat di dalam jiwa seseorang

yang dengannya dapat mendorong untuk melalukan sesuatu secara spontan yang diwujudkan

dalam bentuk tingkah laku melalui pertimbangan – pertimbangan ataupun tidak terlebih dahulu

Salah satu penyebab kerusakan akhlak ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan

teknologi yang tidak terbendung, mereka dapat mengakses apapun yang mereka inginkan secara

bebas tanpa batas dan pengawasan.Beberapa faktor lain penyebab rusaknya akhlak yang melanda

peserta didik adalah lingkungan yang kurang baik, pengaruh media, dan kurangnya pendidikan

dari orang tua. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap akhlak peserta didik

adalah teman bermain, guru sekolah dan yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga

(orang tua)

2

. Hal ini disebabkan durasi peserta didik belajar dan bermain bersama guru serta

teman-temannya di sekolah menghabiskan waktu leih sedikit, dibandingkan dengan interaksi

dengan orang tua di rumah.Berdasarkan problematika yang telah dipaparkan di atas, penulis

ingin meneliti tentang pendidikan akhlak khususnya dalam keluarga berdasarkan Al-Qur’an,

karena Al-Qur’an lah pedoman hidup yang Allah berikan kepada manusia.Tafsir Al-Misbah dan

Al-Azhar adalah salah dua yang lebih menekankan tafsirnya pada aspek pendidikan..

1

M.Qurais Shihab, Tafsir Al Misbah, Vol 14, Lentera hati, Jakarta, Tahun 2002, hlm:326-

2

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam(Bandung: Pustaka Setia, 1998), 198

Di dalam Al Quran telah disebutkan mengenai objek pendidikan diri sendiri,isteri,anak dan

kerabat terdekat dan masyarakat/kaum dan manusia (al-Nas) sebagai objek pendidikan.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud objek pendidikan?
  2. Siapa saja yang menjadi objek pendidikan dalam Al-Qur’an?
  3. Bagaimana penafsiran QS Asy Syura?
  4. Bagaimana asbabun nuzul surah Asy syura 214-216?

C. Tujuan Masalah

  1. Mengetahui pengertian objek pendidikan
  2. Mengetahui objek pendidikan dalam Al-Quran
  3. Mengetahui penafsiran QS. Asy Syura
  4. Mengetahui asbabun nuzul 214-
  5. Memenuhi tugas mata kuliah tafsir tarbawi

B. Objek Pendidikan Menurut Al Qur’an

1. Keluarga

“Haiorang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. Al-Tahrim (66):

Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa umat Islam diperintahkan agar sebagian dari mereka

memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dan menjauhkan mereka

dari apa neraka. Al-Maraghi menjelaskan bahwa proses penjagaan tersebut melalui nasehat dan

pengajaran. Hal ini senada dengan yang terdapat dalam surat Thaha: 132 berikut ini.

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu

dalam mengajarkannya.” (QS. Thaha: 132)

Kemudian ada riwayat dari Umar yang semakin memperjelas ayat di atas. Ketika turun

ayat tersebut, Umar berkata, “Wahai Rasulullah, kita dapat menjaga diri kita sendiri, tetapi

bagaimana kita menjaga keluarga kita?” lalu Rasulullah menjawab, “Kamu larang mereka

mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu dan kamu perintahkan mereka, apa yang

diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan antara diri mereka dengan neraka.

Al-Maraghi juga menjelaskan tentang riwayat dari Ali bin Abi thalib tentang ayat

tersebut. Kata Ali, “Ajarilah dirimu dan keluargamu tentang kebaikan dan didiklah mereka.”

Sedangkan keluarga di sini maksudnya adalah isteri, anak dan hamba sahaya. Di dalam ayat ini,

menurut Al-Maraghi ada isyarat kewajiban seorang suami mempelajari fardhu-fardhu agama

yang diwajibkan baginya dan kemudian mengajarkannya kepada mereka.

5

. Karenanya, Adh-

Dhahhak dan Muqatil secara terang-terangan mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir,

bahwa wajib bagi seorang muslim untuk mengajarkan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan

Allah dan larangan-larangan yang dicegah Allah, kepada keluarganya, yang meliputi kerabat dan

hamba sahaya. Jadi dalam surat At-tahrim ayat 6 ini, objek pendidikan tidak disebutkan oleh

Allah s.w.t. secara global. Objek pendidikan dalam ayat ini adalah keluarga, dan keluarga itu

adalah anak, isteri dan hamba sahaya.

2. Kerabat dekat

5

Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pnedidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), cet. Ke-2, hlm. 33-35.

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Al-Syu’ara’ (26):

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad s.a.w. untuk memberi

peringatan kepada kaum kerabatnya yang terdekat dan agar bergaul dengan orang-orang mukmin

dengan lemah lembut. Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas

r.a., bahwa ketika Allah menurunkan ayat di atas, Nabi s.a.w. naik ke bukit Shafa lalu berseru,

“Wahai orang-orang, sudah pagi.” Lalu orang-orang berkumpul kepadanya, ada yang datang

sendiri dan ada yang mengutus utusannya. Kemudian Rasulullah s.a.w. berpidato, “Wahai Bani

Abdul Muththalib, wahai Bani Fihr, wahai Bani Lu’ay, apa pendapat kalian jika aku

memberitahu kalian bahwa di kaki bukit ini ada seekor kuda yang hendak menyerang kalian,

apakah kalian mempercayai aku?” Mereka menjawab, “Ya, kami mempercayai anda.” Beliau

bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan azab yang sangat keras.” Abu Lahab

berkata, “Celakalah kamu untuk selama-lamanya! Apakah hanya untuk ini kamu memanggil

kami?” Maka Allah ta’ala menurunkan surat Al-Lahab, di antaranya sebagai berikut:

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.” (QS. Al-Lahab: 1)

Menurut Al-Maraghi, pemberian peringatan dalam surat Asy-Syu’ara’: 214 di atas,

sifatnya adalah pemberian peringatan secara khusus, dan ini merupakan bagian dari peringatan

yang bersifat umum, yang untuk itulah Rasulullah s.a.w. diutus. Sebagaimana firman Allah

SWT.

Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;

membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan

kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya....” (QS.

Al-An’am: 92)

Al-Maraghi juga menambahkan, bahwa kedekatan nasab atau keturunan tidak memberi

manfaat sama sekali seandainya jalan keimanan yang ditempuh berbeda

6

. Dalam kisah ayat di

atas terdapat dalil pembolehan interaksi antara mukmin dan kafir, serta memberinya petunjuk

dan nasihat.

3. Masyarakat (Bangsa)

6

Shihab, M. Quraish,Tafsir Al-Misbah, vol 14.

harus dikerahui oleh orang-orang yang beriman. Menyiapkan diri untuk memusatkan perhatian

dalam mendalami ilmu agama dan maksud tersebut adalah termasuk kedalam perbuatan yang

tergolong mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan tidak kalah derajatnya dari

orang-orang yang berjihat dengan harta dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimat Allah,

bahkan upaya tersebut kedudukanya lebih tnggi dari mereka yang keadaanya tidak sedang

berhadapan dengan musuh.

  1. Seluruh Manusia

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan

(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu.

dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena

Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. dan adalah Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Nisa (4): 170)

Setelah Allah s.w.t. mengkritik ahlul kitab -Yahudi dan Nashrani- dan membantah

tuduhan-tuduhan mereka dalam ayat-ayat sebelumnya, maka dalam ayat 170 ini Allah s.w.t.

menasihati seluruh umat manusia dan memerintahkan mereka agar beriman, karena argumen

yang ada telah jelas. Tidak ada alasan lagi untuk berpaling darinya. Sebagaimana diketahui,

bahwa kaum Yahudi dahulu kala senantiasa menunggu-nunggu datangnya al-masih (Isa) dan

seorang Nabi, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. Bahkan mereka mengirimkan para pendeta dan ahli

imu mereka untuk bertanya pada Nabi Yahya a.s., apakah ia merupakan al-masih yang disebut

dalam Taurat, ataukah Nabi akhir zaman. Namun Yahya menjawab “tidak”.

7

Dengan turunnya

ayat di atas, sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan kaum Yahudi telah terjawab, bahwa yang

mereka nantikan selama ini sebagaimana disebutkan dalam Taurat dan Injil, adalah Nabi

Muhammad s.a.w. yang telah hadir di hadapan mereka. Oleh karenanya, seharusnya mereka

beriman padanya, karena iman itulah yang akan menyucikan mereka dari segala kotoran dan

najis, dan keimanan itulah yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan abadi.

Sebagaimana diketahui, memang ayat tersebut untuk kaum Yahudi secara asbabun-

nuzulnya (sebab turunnya ayat), namun yang menjadi patokan adalah bahasa yang digunakan

Allah s.w.t. yang bersifat umum, yaitu “wahai sekalian manusia”.

7

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir…, juz 19, hlm. 111.

Menurut Quraish Shihab, kehadiran Rasul s.a.w. yang dinyatakan dengan kata-kata,

“datang kepada kamu” dan juga pernyataan bahwa yang beliau bawa adalah tuntunan dari

“Tuhan (Pembimbing dan Pemelihara) kamu”, itu dimaksudkan sebagai rangsangan kepada

mitra bicara (kamu) agar menerima siapa yang datang dan menerima apa yang dibawanya.

Karenanya, wajib bagi yang didatangi untuk menyambutnya dengan gembira.

Dengan demikian, sesungguhnya ayat ini berkaitan dengan objek pendidikan secara

global, yaitu seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Artinya menjadi kewajiban setiap muslim

untuk memiliki misi mendidik seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah

dalam surat Ali Imran: 110, bahwasanya umat Islam adalah khaira ummah atau umat yang

terbaik.

C. Tafsir Surah Asy Syura Ayat 214-

Makna mufrodat

  1. Kata َ

عَشِيرَت atau 'asyirata berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari kata

'asyara yang berarti saling bergaul, karena anggota suku yang terdekat tau keluarga

adalah orang yang sehari-hari saling bergaul.

  1. Kata

َ

األقْرَبِين atau al-aqrabin yang menyifati kata 'asyirah , merupakan penekanan

sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka yang

terdekat.

mukmin dengan lemah lembut. Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan riwayat dari

Ibnu Abbas r.a.

12

bahwa ketika Allah menurunkan ayat di atas, Nabi s.a.w. naik ke bukit Shafa

lalu berseru, “Wahai orang-orang, sudah pagi.” Lalu orang-orang berkumpul kepadanya, ada

yang datang sendiri dan ada yang mengutus utusannya. Kemudian Rasulullah s.a.w. berpidato,

“Wahai Bani Abdul Muththalib, wahai Bani Fihr, wahai Bani Lu’ay, apa pendapat kalian jika

aku memberitahu kalian bahwa di kaki bukit ini ada seekor kuda yang hendak menyerang kalian,

apakah kalian mempercayai aku?” Mereka menjawab, “Ya, kami mempercayai anda.” Beliau

bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan azab yang sangat keras.” Abu Lahab

berkata, “Celakalah kamu untuk selama-lamanya! Apakah hanya untuk ini kamu memanggil

kami?” Maka Allah ta’ala menurunkan surat Al-Lahab, di antaranya sebagai berikut: “Binasalah

kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.” (Al-Lahab: 1)

Menurut Al-Maraghi, pemberian peringatan dalam surat Asy-Syu’ara’: 214 di atas, sifatnya

adalah pemberian peringatan secara khusus, dan ini merupakan bagian dari peringatan yang

bersifat umum, yang untuk itulah Rasulullah s.a.w. diutus. Sebagaimana firman Allah SWT.

13

“Dan agar kamu member peringatan kepada (penduduk) Ummul qura (Makkah) dan orang-

orang yang berada di lingkungannya.” (QS. Al-An’am: 92)

Al-Maraghi juga menambahkan, bahwa kedekatan nasab atau keturunan tidak memberi

manfaat sama sekali seandainya jalan keimanan yang ditempuh berbeda. Dalam kisah ayat di

atas terdapat dalil pembolehan interaksi antara mukmin dan kafir, serta memberinya petunjuk

dan nasehat

14

Lalu dua ayat selanjutnya -ayat 215 dan 216- menerangkan tentang perintah agar

rasulullah s.a.w. bersikap lemah lembut terhadap pengikutnya, karena itulah yang lebih tepat

buat Nabi, lebih menarik hati pengikutnya, membuat kecintaan mereka pada Nabi, serta lebih

mendatangkan pertolongan dan keikhlasan mereka dalam berjuang bersama Nabi s.a.w.. Namun

demikian, seandainya kaum keluarga yang diberi peringatan oleh Rasulullah s.a.w. itu

mendurhakai Rasul s.a.w., maka hal itu tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun pada

Rasul. Rasul juga tidak berdosa karena apa yang mereka lakukan. Seolah-olah Allah s.w.t.

mengatakan pada Nabi-Nya, Katakanlah kepada mereka, sesungguhnya aku berlepas diri dari

kalian dan dari perbuatan kalian menyeru tuhan yang lain bersama Allah ta’ala. Sesungguhnya

12

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir…, juz 19, hlm. 109.

13

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir…, juz 19, hlm. 110.

14

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir…, juz 19, hlm. 111.

kalian akan mendapat balasan atas dosa kalian pada hari di mana harta dan anak lelaki tidak

berguna, kecuali orang yang dating kepada Allah dengan hati yang bersih dari segala dosa.

E. Analisis Pemakalah Terhadap Objek Pendidikan Menurut Surat Asy Syura 214-

Ayat-ayat tarbawi di atas menjelaskan kepada kita tentang objek pendidikan, siapa saja

yang disebut objek pendidikan dan cara melayaninya. Objek tersebut yaitu keluarga, kerabat

dekat, dan masyarakat. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo dalam buku Pengantar Pendidikan ,

menyatakan sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik

untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Sementara itu, manusia selama

hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga

lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan, yang akan memengaruhi manusia

secara bervariasi.

Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang

karena hubungan semenda dan sedarah, karenanya keluarga menjadi pokok terpenting dalam

masalah pendidikan, sebab tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan

kondisi keluarganya. Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan

tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual)

maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya

untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-

kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, pangajar,

dan pemberi contoh.

Oleh karena itu, dalam QS. At Tahrim ayat 6, Allah s.w.t memerintahkan kepada orang-

orang yang beriman agar menjaga diri dan keluarga mereka dari api neraka, proses penjagaan

tersebut melalui nasihat dan pengajaran. Menurut Al-Maraghi, dalam ayat ini ada isyarat

kewajiban seorang suami mempelajari fardhu-fardhu agama yang diwajibkan baginya dan

kemudian mengajarkannya kepada mereka (keluarga). Kemudian, setelah melakukan pendidikan

terhadap keluarga, diperintahkan pula agar memberi pendidikan berupa peringatan terhadap

kerabat terdekat (QS. Asy Syu’ara: 214) dan masyarakat atau semua manusia (QS. An Nisa ayat

DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. VII, hlm. 749-750.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, , vol. VII, hlm. 750-751.

Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir , (Bandung: Gema Insani Press,

1999), hlm. 64.

Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir , hlm. 64.

Ahmad Mushthafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putra, 1987),

hlm. 83-87.

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Kairo: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah

Mushthafa Al-Baby Al-Halaby wa Auladuhu bi Mishra, 1966), juz 6, hlm. 26-27.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), vol. 2, hlm. 644

HAMKA, (2015). Tafsir Al-Azhar:Diperkaya dengan Pendekatan Sejarah, Sosiologi, Tasawuf,

Ilmu Kalam, Sasrta dan Psikologi, Vol 9, Depok: Gema Insani.

Hartono, Reiza Nuary Asih(2018), Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Anak pada

Keluarga Prasejahtera, Tesis UMS Surakarta, 2020.