Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Model taksonomi bloom, Papers of Biology

File/dokumen ini berisi essay model taksonomi bloom dalam mata kuliah biologi.

Typology: Papers

2021/2022

Available from 10/16/2022

s4d-vibes
s4d-vibes 🇮🇩

5

(1)

6 documents

1 / 6

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
MODEL TAKSONOMI BLOOM
Benjamin Bloom merupakan salah satu tokoh psikologi pendidikan yang terkenal dengan
Taksonomi Hasil Belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik yang diharapkan, diperlukan tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah
laku yang dapat dikerjakan dan diukur. Tujuan berkaitan dengan sifat secara operasional dan
tujuan pembelajaran khusus.
Beliau juga perumus konsep “Belajar Tuntas”, dimana hal ini merupakan filosofi pembelajaran
yang berdasar pada anggapan bahwa semua peserta didik dapat belajar bila diberi waktu yang
cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa peserta didik dapat
mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan
dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan peserta didik dalam suatu materi,
dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas, peserta
didik tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan
dalam materi sebelumnya. Dan sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa Bloom
memiliki Taksonomi Hasil Belajarnya yang mencakup 3 ranah sebagai bentuk klasifikasinya,
yakni:
1.Ranah Kognitif ( Kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
2.Ranah Afektif ( Berkaitan dengan persaan, sikap, emosi, derajat penerimaan, atau penolakan
terhadap suatu objek.
3.Ranah Psikomotor ( Kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan;
kompetensi yang berkaitan dengan gerakan fisik.
A. Kawasan/Ranah Kognitif
Kawasan atau ranah kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan
kemampuan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi enam
jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam
jenjang itu bersifat hierarkial, dimulai dari jenjang yang paling bawah yaitu pengetahuan sampai
pf3
pf4
pf5

Partial preview of the text

Download Model taksonomi bloom and more Papers Biology in PDF only on Docsity!

MODEL TAKSONOMI BLOOM

Benjamin Bloom merupakan salah satu tokoh psikologi pendidikan yang terkenal dengan Taksonomi Hasil Belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik yang diharapkan, diperlukan tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah laku yang dapat dikerjakan dan diukur. Tujuan berkaitan dengan sifat secara operasional dan tujuan pembelajaran khusus. Beliau juga perumus konsep “Belajar Tuntas”, dimana hal ini merupakan filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua peserta didik dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa peserta didik dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan peserta didik dalam suatu materi, dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas, peserta didik tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya. Dan sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa Bloom memiliki Taksonomi Hasil Belajarnya yang mencakup 3 ranah sebagai bentuk klasifikasinya, yakni: 1.Ranah Kognitif ( Kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. 2.Ranah Afektif ( Berkaitan dengan persaan, sikap, emosi, derajat penerimaan, atau penolakan terhadap suatu objek. 3.Ranah Psikomotor ( Kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan gerakan fisik. A. Kawasan/Ranah Kognitif Kawasan atau ranah kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam jenjang itu bersifat hierarkial, dimulai dari jenjang yang paling bawah yaitu pengetahuan sampai

ke jenjang yang paling tinggi yaitu evaluasi. Artinya jenjang dibawah menjadi prasyarat untuk jenjang diatasnya. Jenjang yang dibawahnya itu harus dicapai lebih dahulu agar dapat mencapai jenjang yang diatasnya. Penerapan konsep jenjang taksonomi tujuan tersebuat dapat kita jumpai dalam proses pengembangan tes objektif untuk tujuan-tujuan instruksional yang berada dalam kawasan kognitif. Dalam proses tersebut perlu membuat kisi-kisi (blue print) tes. Salah satu model kisi- kisi yang biasa digunakan orang mengandung kolom pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Berikut ini penjelasan setiap jenjang taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif, yakni:

  • Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan meliputi perilaku-perilaku (behaviours) yang menekankan pada mengingat (remembering). Mengingat terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat akan hal-hal yang khusus dan umum, ingatan akan ide, fenomena atau peristiwa, istilah, fakta, tanggal, nama orang, metode, proses, pola, struktur, rumus, peraturan, defenisi, atau lokasi. Penekanan tujuan pengetahuan lebih banyak pada proses psikologis atau upaya untuk mengingat. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatan bila diperlukan. Hasil dari pengetahuan merupakan tingkatan paling rendah dalam ranah kognitif.
  • Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefenisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan ke materi/bahan lain. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan kosa kata) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman dapat juga ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah. Di antara taksonomi kawasan kognitif, jenjang pemahaman paling banyak digunakan, baik pada jenjang perguruan tinggi maupun jenjang pendidikan di bawahnya. Alasannya adalah karena jenjang pemahaman merupakan dasar yang sangat menentukan untuk mempelajari dan menguasai jenjang-jenjang taksonomi di atasnya seperti penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi atau bentuk yang lebih terintegrasi seperti pemecahan masalah (Suparman, 2001 : 81).

Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsure-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan kriteria. B.Kawasan atau ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng- identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving, misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh. Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan. Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam

kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995. Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah peserta didik telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat. Secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah di kemukakan dalam pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai berikut: Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.