



Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Paper ini membahas tentang urgensi SDGs kesetaran gender, paper ini juga membeberkan permasalah mahasiswa/i di kampus seputar SDGs ini dan kemungkinan penyelesaiannya
Typology: Summaries
1 / 7
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Disusun Oleh : Kelompok 2.5 GAB
**1. Muhammad Hanif Ananda Kezia (1105223038)
l. Telekomunikasi. 1, Terusan Buahbatu - Bojongsoang, Telkom University, Sukapura, Kec. Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40257
BAB 1
Kesetaraan yang sering kali terlihat dan terjadi adalah diskriminasi pada gender yang terjadi di berbagai wilayah dan kejadiannya sangat beragam. Ada begitu banyak perbedaan yang sering dikaitkan dengan gender dalam hal kepantasan dalam berperilaku. Faktor dari penyebab terjadinya diskriminasi gender ini bisa karena dari faktor lingkungan, budaya, dan agama. Karenanya, kesetaraan gender ini diperlukan di masyarakat agar bisa membangun masyarakat yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia untuk meningkatkan taraf hidup baik itu perempuan ataupun laki-laki. Tetapi konsep kesetaraan gender ini tidak berarti harus menyamaratakan semua hal sama antara laki-laki dengan perempuan, hanya saja dengan adanya kesetaraan gender ini, seseorang bisa memutuskan sesuatu bagi dirinya tanpa dibebani konsep gender. Sehingga tujuan utama dari pengembangan kesetaraan gender ini adalah agar kita semua bisa seimbang, setara, adil dalam mewujudkan impiannya masing-masing tanpa harus bergantung dengan kata 'gender'. B. Rimgkasan Analisa Dari data yang kami dapat kami melihat narasumber sangat menolak adanya diskriminasi gender dan narsumber juga sama-sama memberikan solusi berupa speak up dari para korban. C. Tujuan Kami disini mengambil SDGs no 5 yang berkaitan dengan 'kesetaraan gender'. Alasan kami memilih masalah ini karena masih banyak orang yang meremehkan tentang kesetaraan gender. Kesetaraan gender yang biasa terlihat dipublik adalah diskriminasi pada perempuan,tetapi sebenarnya banyak juga diskriminasi pada laki-laki contohnya seperti, laki- laki yang suka ballet sering dianggap buruk atau dipandang remeh karena awamnya ballet diperuntukan untuk perempuan padahal banyak laki-laki yang berbakat dalam bidang ini.
A. Cara Pengambilan Data Kami melakukan pengambilan data dengan melakukan wawancara langsung kepada 3 narasumber yang tidak dapat kami sebutkan identitasnya. Kami melakukan wawancara secara audio. Data yang kami dapatkan berdasarkan pertanyaan: Apakah narasumber pernah melihat atau merasakan diskiriminasi gender? Apakah diskriminasi gender berpengaruh kepada kehidupan sehari-hari? Apa pendapat narasumber terkait diskiriminasi gender? Menurut narasumber, mengapa bisa terjadi diskriminasi gender? Apa menurut narasumber diskriminasi gender bisa dihilangkan? Apa usaha yang narasumber lakukan agar tidak terkena diskriminasi gender? B. Analisa Kami melakukan wawancara kepada dua orang narasumber yaitu narasumber laki-laki dan juga perempuan, berikut data yang kami dapatkan: Narasumber pertama (Wanita): Pernah, jadi narasumber merasakan sendiri yaitu merasa dia sangat berbeda dengan sang kaka lelakinya, merasa kenapa semua pekerjaan seperti pekerjaaan rumah tangga hanya dia yang melakukan dan sang kaka tidak. Narasumber merasa diskriminasi ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena, berdasarkan pengalaman pribadi narasumber dia merasa ini menjadi habbit dalam kehidupan bahwa perempuan harus melakukan pekerjaan rumah tangga padahal laki-laki juga bisa. Narasumber pada dasarnya merasa netral-netral saja akan hal ini. Namun, narasumber jika ditanya kecenderungannya lebih ke arah Pro menolak diskriminasi gender Narasumber merasa kebiasaan ini sudah ada sejak dulu, jadi narasumber merasa bahwa hal ini bisa saja tidak ada namun, tidak mudah. Narasumber bependapat bahwa, diskriminasi gender bisa hilang karena mulai banyaknya korban-korban yang speak up terkait ini
Narasumber memberikan penjelasan kepada pelaku bahwa ini bukanlah hal benar, dan memberikan pengarahan pada pelaku Narasumber kedua (Pria): Narasumber tidak pernah merasakan secara langsung diskriminasi gender. Namun, narasumber pernah melihat/mendengar secara langsung dari korban diskriminasi gender yang berbau sexuality. Narasumber berpendapat bahwa diskriminasi gender sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Narasumber berpendapat bahwa hidup ini adalah kebersamaan tiap-tiap gender dan merasa bahwa diskriminasi gender ini adalah masalah yang sangat mengganggu hidup tiap-tiap individu. Terutama korban dari diskriminasi gender. Narasumber menolak keras adanya diskriminasi gender. Karena, narasumber berpendapat bahwa setiap kehidupan adalah kebersamaan dan narasumber juga mengatakan bahwa perlakuan diskriminasi gender dapat menyinggung korban walau itu hanya candaan semata. Karena, narasumber berpendapat bahwa karena banyaknya statement bahwa laki-laki adalah pemimpin dari segalanya, laki-laki tuh bisa semuanya, dan itu memberikan pandangan bahwa perempuan tidak punya hak yang sama seperti laki-laki. Karena itu juga banyak sekali statment yang mengatakan bahwa perempuan adalah mahluk lemah, mahluk untuk dimanja, dan tidak dihargai. Narasumber berpendapat, karena kemajuan teknologi diskriminasi gender ini bisa muali menjadi hilang di masyarakat. Karena, banyaknya korban-korban yang mulai berani speak up terkait masalah ini dan narasumber juga berharap selama 5 tahun kedepan stigma-stigma tentang diskriminasi gender akan hilang. Narasumber mengatakan bahwa narasumber akan berterus terang bahwa tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Dari data yang kami dapat, kami melihat kedua narasumber sangat menolak adanya diskriminasi gender, kedua narasumber juga mempunyai pengalaman pahit terkait diskriminasi gender. Kedua narasumber juga sama-sama memberikan opini yang sama yaitu masalah ini adalah permasalahan dari statement-statement masyarakat yang menganggap bahwa laki-laki itu biasa segalanya dan perempuan tidak memiliki hak yang sama seperti laki-laki.