Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

agama islam semester 1, Exercises of Religious Studies

semoga bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa

Typology: Exercises

2020/2021

Uploaded on 04/07/2021

adhitya-armansyah
adhitya-armansyah 🇮🇩

5

(6)

10 documents

1 / 2

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
BAB I
KONSEP KETUHANAN MENURUT ISLAM
A. Pentingnya Iman Kepada Allah SWT
Bentuk keimanan seorang muslim tidak hanya sebatas kepada Allah. Namun, perlu
dipahami bahwa wujud keimanan lain sifatnya turunan bukan merupakan yang utama.
Bentuk keimanan tersebut sesuai urutannya atau yang sering dikenal dengan rukun iman,
yakni :
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada malaikat
c. Iman kepada kitab-kitab
d. Iman kepada rasul
e. Iman kepada hari kiamat
f. Iman kepada qadha dan qadar.
Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah,
kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah
ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang
berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan
buruk, hidup dan mati, dan seterusnya. Menurut bahasa, qadar berarti kepastian,
peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan
(qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan Agama terdiri dari serangkaian
perintah Tuhan tentang perbuatan dan akhlak, yang dibawa oleh para rasul untuk menjadi
pedoman bagi umat manusia. Mengimani hal ini dan melaksanakan ajaran-ajaran tersebut
akan membawa kepada keberuntungan dan kebahagiaan hidup manusia didunia dan
akhirat.
Kita mengetahui bahwa orang yang beruntung adalah orang yang mempunyai
tujuan yang baik dalam hidupnya, yang tidak tersesat kejalan yang keliru, yang memiliki
akhlak yang baik dan terpuji, dan mengerjakan perbuatan yang baik. Meskipun hidup
ditengah hiruk-pikuknya dunia, orang seperti ini hatinya akan selalu tenang, kuat dan
penuh kepastian. Secara sederhana iman berarti keyakinan atau kepercayaan yang berarti
kepercayaan tentang adanya Allah SWT sekaligus membenarkan apa saja yang datang
dari Allah SWT dengan cara meyakini dalam hati, menyatakan dengan lisan, dan
membuktikan dengan amal nyata. Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian
dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar dgn lisan dan bukan sekedar amal
perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Uraian di atas tergambar jelas dalam Surat Al-
Anfaal ayat 24
yang menyatakan :
Artinya :
makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar
disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik
yang telah, sedang, maupun akan terjadi
Beriman kepada Allah SWT, merupakan tanda pertama dari orang bertakwa
(muttaqi), karena itu orang yang bertakwa baik ia berada bersama dengan banyak orang
atau hanya seorang diri maka ia akan tetap menjaga ketakwaannya kepada Allah SWT,
pf2

Partial preview of the text

Download agama islam semester 1 and more Exercises Religious Studies in PDF only on Docsity!

BAB I

KONSEP KETUHANAN MENURUT ISLAM

A. Pentingnya Iman Kepada Allah SWT Bentuk keimanan seorang muslim tidak hanya sebatas kepada Allah. Namun, perlu dipahami bahwa wujud keimanan lain sifatnya turunan bukan merupakan yang utama. Bentuk keimanan tersebut sesuai urutannya atau yang sering dikenal dengan rukun iman, yakni : a. Iman kepada Allah b. Iman kepada malaikat c. Iman kepada kitab-kitab d. Iman kepada rasul e. Iman kepada hari kiamat f. Iman kepada qadha dan qadar.

Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya. Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan Agama terdiri dari serangkaian perintah Tuhan tentang perbuatan dan akhlak, yang dibawa oleh para rasul untuk menjadi pedoman bagi umat manusia. Mengimani hal ini dan melaksanakan ajaran-ajaran tersebut akan membawa kepada keberuntungan dan kebahagiaan hidup manusia didunia dan akhirat. Kita mengetahui bahwa orang yang beruntung adalah orang yang mempunyai tujuan yang baik dalam hidupnya, yang tidak tersesat kejalan yang keliru, yang memiliki akhlak yang baik dan terpuji, dan mengerjakan perbuatan yang baik. Meskipun hidup ditengah hiruk-pikuknya dunia, orang seperti ini hatinya akan selalu tenang, kuat dan penuh kepastian. Secara sederhana iman berarti keyakinan atau kepercayaan yang berarti kepercayaan tentang adanya Allah SWT sekaligus membenarkan apa saja yang datang dari Allah SWT dengan cara meyakini dalam hati, menyatakan dengan lisan, dan membuktikan dengan amal nyata. Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar dgn lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Uraian di atas tergambar jelas dalam Surat Al- Anfaal ayat 24 yang menyatakan : Artinya : makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi Beriman kepada Allah SWT, merupakan tanda pertama dari orang bertakwa ( muttaqi ), karena itu orang yang bertakwa baik ia berada bersama dengan banyak orang atau hanya seorang diri maka ia akan tetap menjaga ketakwaannya kepada Allah SWT,

sebagaimana makna dari kata takwa, yakni : muttaqi (orang bertakwa) diserap dari kata waqa yang mempunyai pengertian menjaga diri terhadap apa-apa yang merugikan dan memudaratkan. Wiqayah berarti perisai, dan ittaqa bihi ( muttaqi itu bentuk fa’il dari ittaqa ) berarti ia menganggap dia atau sesuatu sebagai perisai. Kitab Al-Quran membantu manusia mencapai taraf kesempurnaan rohani dan menjadikannya semakin layak mendapat rahmat Allah SWT sebagaimana tertuang dalam Surat Al- Baqarah ayat 3 :

Artinya : ”Inilah kitab yang sempurna itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang orang yang bertakwa”.

B. Pembuktian Wujud Tuhan Melalui CiptaanNya Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan pencipta pertama adalah Tuhan. Pembuktian dengan pendekatan seperti diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam menggunakan pembuktian semacam itu Plato telah mengemukakan teori dalam bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan. Bukti-bukti klasik dapat menunjukkan tentang esensitas wujud Tuhan, namun mereka yang masih saja menganggap dirinya sebagai atheis tetap saja tidak menerima kebenaran ilmiah hakiki bahwa Tuhan terbukti ada. Berdasarkan fakta tersebut kiranya penulis merasa perlu juga menyajikan bukti-bukti yang lebih kontemporer sebagaimana yang diperbincangkan oleh beberapa ahli pikir pada zaman sekarang khususnya di universitas-universitas di Scotlandia. 1) Pembuktian Melalui Pendekatan Klasik a) Kemungkinan Ada dan Tiadanya Alam ( Contingency ) b) Rangkaian Sebab Akibat ( Cosmological )

2) Pembuktian Melalui Pendekatan Kontemporer a) Peraturan Thermodynamics yang kedua b) Purposive Order.

C. Tuhan Menurut Konsep Islam Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam kitab Al- Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, 2 misalnya dalam Al-Qur’an Surat Al-Jatsiiya ayat 23,

Artinya : ”Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah SWT membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah SWT telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah SWT (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”.